
Source: Yahoo Finance/ Translate: DeepL
Para pemimpin Tiongkok telah memberikan sinyal kuat untuk meningkatkan dukungan terhadap ekonomi negara tersebut di tengah ancaman tarif tinggi yang direncanakan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

GORONTALO SERU – Dalam pertemuan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat selama dua hari yang berakhir pada Kamis lalu, pemerintah China (Tiongkok) menyusun langkah-langkah strategis untuk tahun depan, termasuk peningkatan belanja negara dan pelonggaran kebijakan moneter guna merangsang investasi dan konsumsi.
Konferensi tahunan ini, yang dipimpin oleh Partai Komunis, mendapat arahan langsung dari Presiden Xi Jinping.
Dalam pernyataannya, para pemimpin berjanji untuk “memperkaya dan menyempurnakan alat kebijakan” demi menjaga stabilitas ekonomi terbesar kedua di dunia ini. Salah satu fokus utama adalah mitigasi risiko akibat rencana kenaikan tarif impor Tiongkok oleh Amerika Serikat.
Fokus pada Fondasi Ekonomi China
Para analis mencatat bahwa kebijakan yang dihasilkan dari konferensi ini cenderung melanjutkan kebijakan yang sudah ada, dibandingkan memperkenalkan inisiatif baru yang radikal. Ekonomi China (Tiongkok) tumbuh sedikit lebih lambat dari target resmi “sekitar 5%” pada tahun ini. Penyebabnya adalah krisis berkepanjangan di sektor properti, yang memengaruhi aktivitas bisnis dan konsumsi masyarakat.
Penurunan harga properti dan tingginya pengangguran akibat pandemi COVID-19 telah menekan daya beli masyarakat. Situasi ini mengakibatkan kelebihan pasokan barang di pasar, yang pada gilirannya menekan harga menjadi datar atau bahkan menurun.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah meluncurkan berbagai inisiatif awal tahun, seperti subsidi untuk pembelian barang baru, peningkatan akses ke perumahan terjangkau, dan penurunan suku bunga.
Menurut laporan Kantor Berita Xinhua, pemerintah juga menyoroti pentingnya kesejahteraan sosial.
“Menjamin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah prioritas utama, dengan tujuan memberikan rasa kepuasan, kebahagiaan, dan keamanan yang lebih besar,” ungkap laporan tersebut.
Langkah-langkah yang diusulkan mencakup pencegahan kemiskinan ekstrem, penguatan sistem kesehatan, dan perluasan layanan untuk masyarakat lanjut usia. Selain itu, subsidi untuk keluarga guna mendorong angka kelahiran juga menjadi pertimbangan, mengingat tren penurunan populasi di Tiongkok.
Siapa yang Membayar dan Bagaimana?
Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah Tiongkok berkomitmen meningkatkan defisit anggaran, yang sebelumnya dibatasi pada 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah juga akan menerbitkan lebih banyak obligasi khusus jangka panjang untuk mendanai program-program tersebut. Selain itu, mereka berencana mendorong konsumsi domestik melalui penyesuaian kenaikan upah yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Namun, detail tentang jumlah obligasi yang akan diterbitkan belum diumumkan secara resmi oleh media pemerintah. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dorongan signifikan terhadap permintaan domestik di tengah tantangan global yang terus meningkat.
Tantangan Global dan Strategi Tiongkok
Ancaman tarif tinggi dari pemerintahan Donald Trump menjadi salah satu tantangan eksternal terbesar bagi ekonomi Tiongkok. Jika kebijakan tersebut diterapkan, dampaknya diperkirakan akan memperburuk hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini.
Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, pemerintah Tiongkok berharap dapat mempertahankan stabilitas ekonomi sekaligus meredam dampak negatif dari kebijakan luar negeri AS. Para pengamat menilai, keberhasilan implementasi kebijakan ini akan menjadi kunci bagi Tiongkok dalam menghadapi tekanan ekonomi global di tahun-tahun mendatang.