
Zen Seru! Kalau ngomongin soal pendidikan di Indonesia, fix deh! ini bukan cuma soal nilai rapor atau siapa yang paling pinter di kelas. Tapi lebih ke-sejauh apa sih kita semua dapet akses buat belajar dan berkembang.
Nah, belum lama ini Badan Pusat Statistik (BPS) ngeluarin data soal Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di berbagai provinsi.
Bahasa gampangnya, RLS itu ngukur rata-rata berapa tahun—orang yang usia ’15 tahun keatas’ di satu daerah—merasakan bangku sekolah formal.
Dan hasilnya? Jreng..jreng.. Provinsi Gorontalo berada di rangking ke-10 sebagai daerah: TIDAK PINTAR.
Tim Top Skor paling tinggi sebagai DAERAH PINTAR, diduduki Jakarta, disusul Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Bali, Sulawesi Utara, Riau, Sumatra Barat, Banten dan Jawa Barat.
Nggak kaget sih, DKI Jakarta dan Yogyakarta sukses dudukin posisi atas dengan RLS di atas 10 tahun.
Mayoritas penduduk di dua provinsi ini udah nyentuh pendidikan minimal sampai SMA, bahkan banyak yang lanjut ke perguruan tinggi.
Belum lagi, akses pendidikan di dua daerah ini bener-bener didukung maksimal, mulai dari fasilitasnya, gurunya, sampai kesadaran warganya soal pentingnya sekolah.
Tapi, di balik semua euforia itu, ada juga fakta yang harus kita lihat dengan bijak, gaes! Ada jeli dan bisa tebak?
Baca Juga:
Yes! Provinsi Sulawesi Utara (abangnya Gorontalo) masuk 6 besar dalam kategori DAERAH PINTAR yang mencapai standar nilai RLS diatas 10 tahun.
Sementara adiknya, Provinsi Gorontalo hanya mencatatkan RLS sekitar 7,5 tahun (dibawah standar) yang diartikan sebagai DAERAH TIDAK PINTAR.
Kalau dihitung-hitung, itu setara rata-rata warga Gorontalo baru belajar sampai kelas 1 SMP.
Kenapa bisa gitu? Setelah diulik, ada beberapa faktor yang mungkin jadi penyebab:
- Aksesibilitas Pendidikan: Sekolah-sekolah di pelosok masih minim banget. Kadang anak-anak harus jalan jauh cuma buat sekolah, jadi rada malas pergi atau melanjutkan sekolah.
- Faktor Ekonomi: Banyak keluarga yang harus fokus cari nafkah, bahkan anak-anak pun ikut bantu kerja dari usia muda.
- Kesadaran Pendidikan: Masih ada mindset “buat apa sekolah tinggi-tinggi”, apalagi kalau ujungnya tetap balik ke sawah atau ladang, jaga toko dan bantu usaha orang tua, yang dinilai nggak butuh effort dan skill ekstra.
- Paradigma orang tua: Kalo yang ini klasik, gengs. Banyak orang tua yang mikir “keuletan, kerja keras dan kemauan” lebih penting daripada pendidikan formal.
Padahal di era sekarang, pendidikan itu bukan sekadar soal ijazah, tapi tentang ngasah skill, daya pikir kritis, dan siap buat beradaptasi di dunia kerja yang makin kompetitif.
Tantangan emang banyak, tapi kalau semua pihak jalan bareng: pemerintah, masyarakat, swasta, nggak ada yang gak mungkin!