
Zen Seru! Ada fakta menarik yang terungkap dari Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Informasi yang digelar di Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo (17/06/25).
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Ridwan Hemeto, SH, MM, membuka tabir kondisi nyata perpustakaan di Gorontalo.
—Dan… spoiler alert, yaa Gaes! Kondisinya belum seindah yang kita bayangkan 🫣😩
Nggak main-main, Ridwan membeberkan empat problematika besar yang selama ini seperti “gunung es”, terlihat tenang di permukaan, tapi menyimpan persoalan serius di dalamnya.
Yuk kita bongkar satu-satu!
- Pembangunan Perpustakaan Belum Merata
Ternyata, masih banyak daerah di Gorontalo yang belum kebagian fasilitas perpustakaan yang layak. Artinya, akses masyarakat terhadap sumber bacaan dan pengetahuan juga masih terbatas. Jadi, jangan heran kalau minat baca di beberapa wilayah masih rendah.
“Ada daerah-daerah yang belum punya perpustakaan sama sekali, atau kalaupun ada, kondisinya jauh dari ideal,” kata Ridwan.
2. Perbedaan Fasilitas yang Jomplang
Kalau disandingkan, perbedaan kualitas antara satu perpustakaan dengan lainnya itu bagaikan bumi dan langit. Ada yang sudah digital dan nyaman banget, tapi ada juga yang masih jauh dari kata layak.
3. SDM Masih Jadi PR Besar
Nggak cuma fasilitas, tapi juga orang-orang yang mengelola perpustakaan ternyata belum merata dari segi jumlah dan kualitas.
“Banyak perpustakaan yang dikelola seadanya, bahkan oleh orang yang belum punya pelatihan kepustakawanan yang mumpuni,” ungkap Ridwan.
4. Standar Masih Banyak yang Belum Sampai
Nah ini nih, yang paling mencolok! Dari sekitar 1.585 perpustakaan di Provinsi Gorontalo – termasuk yang ada di sekolah, kampus, hingga desa, hanya 141 yang sudah terakreditasi.
Sisanya? Masih berjuang. Dan parahnya lagi, 88 perpustakaan bahkan akreditasinya sudah kadaluarsa.
Nggak cuma itu, sebagian besar perpustakaan juga masih nebeng di ruang kelas belajar, nggak punya gedung sendiri, dan koleksi bukunya masih Jauh dari cukup.
Harapan dari Bimtek
Bimtek Literasi Informasi ini jadi langkah strategis buat membuka mata banyak pihak.
“Harapannya, pustakawan, guru, dan para pegiat literasi bisa dapat bekal baru, baik secara wawasan maupun keterampilan, buat upgrade kualitas perpustakaan di daerah masing-masing,” pungkasnya.