
Zen Seru! Di tengah derasnya arus informasi digital yang membanjiri layar gawai kita setiap hari, ada satu pertanyaan penting: apakah kita masih mampu membedakan mana yang fakta dan mana yang hanya hoaks?
Pertanyaan inilah yang coba dijawab dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Informasi yang digelar oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo selama tiga hari berturut-turut, dari 17 hingga 19 Juni 2025.
Bimtek Literasi Informasi ini tak sekadar workshop biasa. Ini adalah ruang belajar intensif yang mempertemukan pustakawan, guru, mahasiswa, dan para pegiat literasi dalam misi meningkatkan kualitas informasi di era digital yang makin bising ini.
Bimtek menghadirkan Dr. Yolanda Octavia Mokoagow, M.Si, Widyaiswara Ahli Madya dari BPSDM Provinsi Gorontalo yang juga menyandang predikat Widyaiswara terbaik tingkat nasional tahun 2022 versi LAN-RI, sebagai pembicara.
Dengan jam terbang lebih dari dua dekade di dunia belajar dan mengajar, Dr. Yolanda bukan hanya datang membawa ilmu, tapi juga insight bernas soal bagaimana informasi berevolusi dan bagaimana kita sebagai pembaca, pendidik, dan penyedia informasi, harus ikut berevolusi.
“Kita hidup di era di mana informasi mengalir deras, dan penting bagi kita untuk dapat memilah mana informasi yang kredibel dan mana yang tidak,” tegasnya dalam salah satu sesi.
Tak cuma teori, peserta juga diajak menyelami langsung berbagai strategi praktis untuk menyaring informasi, termasuk menggunakan CRAAP Test, sebuah metode evaluasi informasi yang menguji aspek Currency, Relevance, Authority, Accuracy, dan Purpose dari setiap informasi yang diterima.
Singkatnya: jangan langsung percaya sebelum diperiksa!
Anti-Hoaks Pakai Ilmu
Tak kalah penting, Dr. Yolanda menekankan peran Emotional Intelligence dalam konteks literasi digital. Sebuah kemampuan berpikir kritis, menyaring emosi, dan mengambil keputusan informasi berdasarkan akal sehat, bukan sekadar reaksi impulsif.
“Ini bukan cuma soal tahu mana yang benar, tapi juga soal punya kendali atas apa yang kita sebar,” jelasnya.
Literasi Bukan Tugas Siapa-Siapa, Tapi Tugas Kita Semua
Yang menarik, kegiatan ini juga memberi ruang bagi setiap peserta untuk merefleksikan perannya dalam ekosistem informasi.
Di akhir sesi, Dr. Yolanda memberikan ‘PR’ yang sangat relevan:
- Pustakawan diminta untuk tak hanya menyusun rak buku, tapi juga menyusun strategi menyaring hoaks lewat perpustakaan dan menjadi penjaga gawang informasi yang kredibel, agar koleksi dan layanan perpustakaan tetap menjadi benteng dari mis-informasi.
- Guru punya tugas untuk tidak hanya mengajar pelajaran, tapi juga mengajar cara belajar, termasuk cara menyaring informasi digital yang membanjiri anak-anak didik.
- Pegiat literasi diharapkan mampu menyebarkan konten-konten cerdas, membangun budaya baca yang kritis, dan menjadi agen anti-hoaks di tengah masyarakat.
Lebih dari Sekadar Pelatihan
Bimtek ini bukan hanya soal menambah wawasan, tapi juga soal membangun barisan pejuang literasi digital yang siap menghadapi tantangan zaman.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo patut diapresiasi karena berhasil menyatukan berbagai elemen masyarakat dalam satu ruang belajar yang penuh makna.
Di akhir kegiatan, harapan besar pun disematkan: agar perpustakaan bukan hanya jadi tempat sunyi penuh buku, tapi pusat perlawanan terhadap dis-informasi agar masyarakat Gorontalo, khususnya generasi muda, menjadi pribadi yang lebih cerdas, lebih skeptis, dan lebih bijak dalam menghadapi tsunami informasi.
Karena di era digital ini, melek informasi bukan lagi pilihan. Tapi keharusan!