
Zen Seru! Di tengah derasnya arus informasi digital yang nyaris tak terbendung, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo melangkah cepat.
Selama tiga hari, dari 17 hingga 19 Juni 2025, lembaga ini sukses menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Informasi.
Bimtek ini menjadi salah satu upaya strategis dinas Arpus untuk meng-upgrade kapasitas pustakawan dalam menghadapi tantangan abad ke-21.
Kegiatan ini digelar secara estafet di dua lokasi: dua hari pertama di kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo, dan hari terakhir di kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Gorontalo Utara.
Tak sekadar acara formal, Bimtek ini diisi materi mendalam dari para ahli yang sudah makan asam garam di dunia literasi informasi.
Salah satu sorotan utama datang dari sesi Drs. Yusron Humonggio, M.Pd, pakar literasi informasi yang dikenal kritis dan progresif.
Dalam paparannya, Yusron menyentil realitas yang kini tengah dihadapi masyarakat global: information overload.
“Kita hidup dalam lanskap informasi yang melimpah, bahkan berlebihan. Ini bukan hanya soal banyaknya data, tapi soal kemampuan mengelola dan memaknai informasi itu sendiri,” ujarnya.
Yusron menggarisbawahi bahwa peran pustakawan hari ini tidak bisa lagi stagnan. Bukan lagi sekadar penjaga buku, pustakawan kini harus menjelma menjadi navigator informasi, analis data, perancang sistem tematik, hingga fasilitator teknologi.
“Pustakawan harus paham siapa yang dilayaninya, apa yang dibutuhkan komunitasnya, dan bagaimana teknologi bisa menjawab itu. Ini bukan sekadar tren, tapi kebutuhan mendesak,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam dunia perpustakaan.
Mulai dari chatbot berbasis data lokal hingga sistem pencarian pintar, AI dinilai sebagai “alat bantu super” untuk pustakawan, bukan pengganti.
Lima Kompetensi Baru Pustakawan Era Digital
Melalui Bimtek ini, para peserta dibekali lima kompetensi krusial:
- Menganalisis kebutuhan informasi berdasarkan karakteristik pemustaka dan jenis perpustakaan.
- Menyusun database koleksi dan informasi lokal yang relevan.
- Mengoptimalkan aplikasi SLIMS/Inlislite dalam pengelolaan koleksi dan metadata.
- Mengembangkan database tematik berbasis kearifan lokal sesuai dengan identitas komunitas.
- Merancang layanan chatbot berbasis AI sebagai akses cepat dan responsif terhadap informasi.
Menurut Yusron, chatbot bukan sekadar alat komunikasi, tapi wajah baru perpustakaan yang mampu hadir 24/7 di genggaman pengguna.
Disinilah, kata Yusron, peran pustakawan menjadi semakin vital: menghubungkan teknologi dan kebutuhan riil masyarakat.
“AI bukan untuk menggantikan pustakawan. Justru sebaliknya—untuk memperkuat peran mereka sebagai pengelola, kurator, dan penyampai informasi yang akurat dan relevan,” pungkasnya.
Transformasi Perpustakaan, Relevan di Tengah Zaman
Bimtek Literasi Informasi ini bukan sekadar pelatihan teknis. Ia adalah langkah transformasional.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo menyadari bahwa eksistensi perpustakaan dan pustakawan sangat bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo Ridwan Hemeto, menyampaikan harapan besar agar hasil bimtek ini bisa langsung diterapkan di lapangan.
Targetnya jelas: perpustakaan yang inklusif, responsif, dan berbasis data.
Dengan bekal wawasan baru, para pustakawan diharapkan mampu mentransformasi layanannya, tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi ruang strategis untuk pencarian dan pengolahan informasi berbasis teknologi.
Karena di era digital ini, pustakawan bukan sekadar penjaga rak buku—mereka adalah penuntun di tengah belantara informasi.