Gagal Berangkat Haji Karena Sakit, 1 Jemaah Haji Kota Gorontalo Dinyatakan “Tidak Isthitaah”

Zen Seru! Gagal berangkat haji bukan cuma soal visa atau administrasi. Kadang, kondisi tubuh pun bisa jadi penghalang ibadah ke Tanah Suci.

Dan ternyata, itu bukan sekadar alasan teknis, tapi punya landasan syar’i yang kuat dalam Islam.

Yup, ini soal istithaah kesehatan, syarat penting yang kadang luput diperhatikan banyak orang!

Baru-baru ini, dalam agenda Pembinaan Kesehatan Calon Jamaah Haji 1446 H/2025 M yang digelar di Aula Banthayo Lo Yiladia, Rudis Walikota Gorontalo (08/05).

Dalam giat itu, dikabarkan: satu orang calon jemaah dari Kota Gorontalo dipastikan “tidak istithaah” secara kesehatan dan harus menunda keberangkatannya ke Mekkah tahun ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, Dr. Muhammad Kasim, M.Sc., Apt., mengabarkan kabar tersebut dalam kegiatan pembinaan kepada calon jamaah haji, pagi tadi (08/05/25).

Soal detilnya alasan dan apa penyakitnya? Siapa orangnya? Ia tidak menyebutkan secara rinci.

“Yang pasti, kondisi kesehatan beliau tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini,” ungkapnya, singkat.

Nah, ini menarik banget untuk dikulik. Jadi, sebenarnya apa sih istithaah kesehatan itu?

Apa Itu Istithaah Kesehatan?

Dalam Islam, istithaah atau kemampuan adalah syarat utama untuk berhaji.

Tapi jangan salah kaprah, ini bukan cuma soal duit! Ada juga yang namanya istithaah kesehatan, alias kemampuan fisik dan mental untuk menempuh perjalanan jauh plus menjalani ibadah yang cukup berat di Tanah Suci.

“Makanya, sebelum berangkat, calon jemaah wajib ikut pemeriksaan kesehatan. Nggak lulus? Ya bisa jadi harus ditunda atau bahkan dibadalkan,” Papar dr. Muhammad Kasim.

Pembinaan Kesehatan bagi calon jamaah haji Kota Gorontalo di Banthayo Lo Yiladia (08/05/25).

Kalau Sakit, Bisa Gagal Haji?

Bisa iya, bisa juga enggak. Tergantung jenis sakitnya.

Kalau masih ada harapan sembuh —misalnya kena penyakit menular, komplikasi sementara, atau kehamilan dengan risiko tinggi, maka hajinya ditunda dulu.

Pemerintah nggak bakal ambil risiko bawa jemaah yang kondisi fisiknya rawan.

Tapi kalau sakitnya permanen, atau usianya udah uzur banget, sampai-sampai mustahil melaksanakan haji dengan normal, maka bisa dilakukan yang namanya pembadalan haji, alias ibadahnya diwakilkan oleh orang lain yang sehat.

Siapa yang Berhak Menentukan?

Disinilah peran pemerintah, khususnya Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.

Mereka punya wewenang penuh buat menetapkan siapa yang layak berangkat atau harus ditunda. Bukan asal menolak, tapi berdasarkan standar medis dan syariat Islam.

“Tujuannya satu: melindungi jemaah dari risiko selama ibadah haji. Bayangkan saja, disana panasnya ekstrem, padat manusia, mobilitas tinggi, jadi tidak main-main resikonya,” tambahnya.

Calon Jamaah Haji Kota Gorontalo

Kembali ke kasus Gorontalo, ini jadi alarm penting buat calon jemaah lain: jangan cuma siapkan finansial, tapi juga fisik dan mental.

Satu jemaah udah ngerasain sendiri pahitnya harus ditunda. Mungkin ada rasa kecewa, tapi keputusan ini justru bentuk kasih sayang dari pemerintah kota Gorontalo dan juga syariat.

Sayangnya, identitas jemaah yang ditunda ini belum dibuka ke publik. Yang pasti, harapannya beliau segera sehat, agar bisa menunaikan rukun Islam kelima tahun depan, insyaAllah.

So, buat kamu yang masuk daftar tunggu haji, mulai sekarang yuk rawat kesehatan baik-baik. Ingat, haji itu ibadah fisik juga.

Jangan sampai niat udah kuat, tabungan udah siap, tapi badan malah “ngambek”. Karena istithaah bukan cuma soal niat, tapi juga kesiapan lahir dan batin.

Stay healthy, stay blessed, dan semoga semua yang niat berhaji dimudahkan jalannya. Aamiin 🤲🥰

Share this news

Related Posts

Baznas Salurkan Rp. 242 juta Lebih Untuk Para Fuqara dan Masakin

Wujud Nyata Kolaborasi Pemerintah dan Umat dalam Menyejahterakan Warga Zen Seru! Dipusatkan di Aula Banthayo Lo Yiladia, Rabu (02/07), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Gorontalo menggelar acara pendistribusian dana…

Share this news

Desa Bongohulawa Pertahankan Tradisi “Mohuyula” di Tengah Arus Individualisme Modern

Zen Seru! Di tengah laju modernisasi dan gaya hidup serba cepat yang menjalar di kota-kota besar Indonesia, masyarakat Desa Bongohulawa, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, masih memegang teguh nilai-nilai…

Share this news

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *