
Zen Seru! Suasana di MAN Insan Cendekia Gorontalo mendadak beda dari biasanya. Bukan cuma karena ada kelas inspiratif, tapi juga karena kehadiran dua tokoh besar nasional, Menko PMK Muhaimin Iskandar dan Wakil Menteri PPPA Veronica Tan.
Selain datang langsung buat dukung gerakan anti kekerasan dan pernikahan anak usia dini, kunjungan ini juga sekaligus menjadi ajang penguatan atas ditetapkannya MAN Insan Cendekia sebagai salah satu dari 80 Sekolah Garuda Terintegrasi.
Lewat Sosialisasi Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Provinsi Gorontalo, semangat perubahan mulai digaungkan, dan kali ini, anak muda jadi pusatnya.
Psikolog, sekaligus Tim Ahli PPA, Temmy Andreas Habibie, dalam wawancara, menjelaskan dalam kesempatan sosialisasi ia mengenalkan tentang definisi kekerasan, jenis-jenisnya, penyebab, dampak, dan yang paling penting adalah peran mereka dalam pencegahan.
“Kita mengenalkan konsep 2P. Pelopor dan Pelapor. Artinya, generasi muda nggak boleh diam. Kalau lihat atau tahu ada kekerasan, jangan hanya diam, tapi laporkan,” tegasnya.
“Mereka juga harus jadi pelopor perubahan: menciptakan lingkungan yang aman dan bebas kekerasan,” sambungnya.
Berdasarkan data Simfoni PPA yang selalu real time, Gorontalo ternyata masih punya PR besar. Kasus kekerasan terhadap perempuan cukup tinggi di Indonesia setiap tahunnya.
- Kota Gorontalo – 93 kasus
- Pohuwato – 66 kasus
- Kabupaten Gorontalo – 49 kasus
- Gorontalo Utara – 32 kasus
- Bone Bolango – 20 kasus
- Boalemo – 18 kasus
Temmy bilang, angka tinggi ini memang mengkhawatirkan, tapi juga punya sisi positif.
“Di satu sisi ini hal yang memilukan, tapi di sisi lain perlu disyukuri. Karena meningkatnya laporan berarti masyarakat kita makin sadar hukum. Mereka nggak takut lagi mencari keadilan lewat sistem yang sudah disediakan pemerintah,” pungkasnya.
Gerakan ini bukan cuma tentang data dan angka, tapi tentang awareness. Tentang gimana anak muda yang sering jadi target kekerasan atau pernikahan dini, justru bisa jadi agen perubahan.
Dengan dukungan tokoh nasional dan tenaga ahli seperti Temmy, Gorontalo lagi menyiapkan generasi muda yang berani bersuara dan peduli.
Karena pada akhirnya, pemberdayaan bukan cuma soal bicara hak, tapi juga keberanian buat melindungi perempuan dan anak, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.