Respon Tajam Jurnalis gopos.id Terkait Kasus Konten Kreator VS Jurnalis TVOne

(foto: Facebook Muhammad Arif Bina, Gopos id dan Zainuddin Hadjarati)

Zen Seru! Di dunia digital hari ini, jumlah follower sering dijadikan valuta baru. Ada orang-orang yang merasa angka di kolom pengikut itu otomatis memberi “hak istimewa”.

‎Di Gorontalo, ada satu nama yang cukup sering tampil dengan gaya begitu. Dia adalah Zainudin Hadjarati atau dikenal dengan panggilan, kakuhu.

“Saya bukan baru kali ini melihat tingkahnya. Beberapa waktu lalu, saya pernah mengkritisi sikap Kuhu ketika ia mem-posting percakapan WhatsApp dengan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga,” tulis Jurnalis gopos.id, Muhammad Arif Bina di laman Facebooknya (14/11).

“Caption-nya bernada memaksa. Dia kesal karena WA-nya tak dibalas. Bahkan dia menuliskan seolah sang Kadis tak punya pulsa untuk membalas pesan darinya,” sambung Arief.

Kata Arif, semacam sindiran murahan yang dibumbui rasa kepercayaan diri berlebih.
‎Seakan posisi seorang pejabat publik itu otomatis turun derajat kalau tidak membalas chat seorang konten kreator.

Padahal, membalas WA itu hak, bukan kewajiban. Dan untuk mengklarifikasi isu publik, pejabat punya ruang resmi. Tidak harus lewat chat pribadi seorang yang merasa penting hanya karena punya pengikut banyak.

Babak Baru: Perseteruan dengan Jurnalis TVOne

Beberapa hari lalu, drama lain muncul. ‎Foto karya Bang Kadek Sugiarta, jurnalis senior TVOne mendadak nongol di laman Facebook pribadi Kakuhu.

‎Tanpa izin. Tanpa kredit. Tanpa rasa salah,”

Bang Kadek menegur. Tegurannya pun sopan, masih dalam koridor kewajaran yang biasanya dipahami pelaku media. Ia hanya meminta satu hal:

Jangan asal comot hasil karya orang lain untuk keuntungan pribadi,” —

Jawaban Kuhu? Plot twist yang tidak mengejutkan.

Katanya foto itu “terambil tidak sengaja”. Muncul di beranda, lalu ia unggah ulang begitu saja.

Dan meski sudah minta maaf, ia sibuk membela diri bahwa dirinya “tidak salah”. Bahkan menantang balik: “Kalau keberatan, lapor!”

Sifat defensif itu dipertebal lagi ketika ia berdalih bahwa karyanya juga sering diambil orang lain dan ia tak pernah protes.

Maaf, tapi logika semacam itu hanya muncul dari orang yang tidak paham etika, atau menolak paham.

Etika Konten Kreator yang Sering Dilupakan

Benar bahwa dunia konten kreator tidak seketat dunia akademik. Tidak ada footnote atau daftar pustaka. Tapi bukan berarti tidak ada etika. Apalagi soal karya.

Banyak konten kreator profesional rela keluar biaya besar untuk syuting, properti, kamera, waktu produksi, demi mempertahankan originalitas. Karena di dunia digital, kredibilitas adalah mata uang utama.

Tapi bagi Kakuhu, mengunggah karya orang lain untuk konten pribadi seakan hal yang lumrah. Padahal itu sama saja pencurian.

Foto bang Kadek mungkin sudah tampil di Facebook, dan benar bahwa itu bisa dilihat publik.

Tapi publik konsumsi bukan berarti publik properti,” —

Apalagi jika dipakai untuk meraih insight, like, atau engagement demi keuntungan pribadi. Itu namanya komersialisasi karya orang lain tanpa izin.

‎”Sebenarnya saya malas menanggapi Kakuhu. Tapi ketika seseorang yang hidup dari jagat digital justru minim pengetahuan tentang etika dasar kerja kreatif, maka kecongkakan semacam ini perlu diluruskan,” tulisnya lagi.

‎Meski mengakui bahwa media sosial memang memberi ruang kebebasan, namun bagi Arif kebebasan yang tidak dibalut moral hanya akan melahirkan kekacauan.

“Kita boleh bebas berkarya, tapi tidak boleh seenaknya merampas karya orang lain,” tulisnya, tegas.

Share this news

Related Posts

‎Jelang Operasi Zebra Otanaha 2025, Polres Gorontalo Gelar Latihan Pra Operasi

Zen Seru! Wakil Kepala Kepolisian Resor Gorontalo, Kompol Wanda Dhira Bernard, S.IK., M.Si., CPHR, membuka Latihan Pra Operasi (Latpraops) Zebra Otanaha 2025. Langkah awal penting jelang operasi lalu lintas jelang…

Share this news

‎OPINI | Ketika Ibadah Haji Jadi Ladang Tipu-Tipu

Zen Seru! Bayangkan, kamu nabung bertahun-tahun buat berangkat haji, tapi mimpimu justru diambil oleh orang yang kamu percaya. Parahnya lagi, pelakunya pake jas, duduk di kursi pemerintahan atas nama wakil…

Share this news

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *