(Foto: Google/ilustrasi) Tragedi kemanusiaan yang menelan korban jiwa.
Zen Seru! Gorontalo kembali diguncang tragedi kemanusiaan yang memilukan.
Havid S. Duto, warga yang tengah dalam kondisi kritis, meninggal dunia setelah keluarga terpaksa membawanya ke RSUD Aloei Saboe menggunakan taksi online.
Ambulans Puskesmas Sipatana yang diharapkan menjadi penyelamat, justru tak bisa digunakan hanya karena alasan sopir sedang ikut lomba voli Hari Kesehatan Nasional.
Peristiwa terjadi pada Senin (17/11/2025). Dalam situasi panik, keluarga korban menghubungi Puskesmas Sipatana untuk memohon bantuan ambulans.
Namun, harapan itu pupus hanya karena alasan sepele: MAIN VOLI. Alasan yang mengalahkan rasa kemanusiaan.
Kepala Puskesmas Sipatana, Rita Bambang, ketika ditemui awak media, menyebut insiden ini hanyalah kesalahpahaman.
Menurutnya, pihak puskesmas tidak menolak memberikan layanan kesehatan. Hanya saja, sopir ambulans memang sedang bertanding voli.
“Bukannya tidak memberikan, tapi drivernya lagi main voli. Sebenarnya ini hanya miskomunikasi,” ujar Rita, dikutip dari TribunGorontalo.com (18/11/2025).
Rita juga beralasan ambulans tidak bisa dipinjamkan begitu saja tanpa prosedur. Pasien harus terlebih dahulu masuk ke Unit Gawat Darurat Puskesmas untuk distabilisasi sesuai SOP rujukan.
“Seharusnya pasien dibawa dulu ke UGD. Ada dokter dan perawat yang siap melakukan stabilisasi sesuai SOP. Karena ambulans hanya untuk pasien rujukan,” tegasnya.
Namun klarifikasi itu langsung dimentahkan oleh Lurah Molosipat U, Septian Z. Duto, yang sekaligus merupakan keponakan korban.
Sudah Tawarkan Sopir Pengganti
Dalam pernyataannya, Septian menegaskan bahwa tidak ada miskomunikasi sama sekali.
Ia menyebut percakapannya dengan kepala puskesmas berlangsung sangat jelas, bahkan disaksikan pihak keluarga karena telepon dalam mode speaker.
“Saya sudah hubungi beliau saat om saya kritis. Saya bilang, kalau tidak ada sopir, saya pinjam kendaraannya saja,” tegasnya, dikutip dari Live Report Tribunnews Gorontalo (19/11).
“Nanti saya atau orang saya yang bawa,” sambungnya, mengulang kisah pilu kemanusiaan yang menimpa keluarganya.
Namun respons kepala puskesmas justru membuat keluarga terpukul.
“Beliau bilang mobilnya dipakai. Pernyataan itu didengar langsung oleh kerabat saya,” ungkapnya.
Versi ini bertolak belakang 180 derajat dari klaim Kapus terkait “miskomunikasi”. Menurut Lurah, puskesmas memang tidak ingin meminjamkan ambulans dalam kondisi darurat tersebut.
Tragedi yang Mencabik Nurani Publik
Pasien kritis dibawa menggunakan taksi online, bukan ambulans yang seharusnya menjadi layanan dasar penyelamatan jiwa. Namun semua sudah terlambat. Havid S. Duto dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah tiba di rumah sakit.
Kasus ini kini memicu pertanyaan serius:
- Apakah nyawa warga harus dipertaruhkan hanya karena lomba voli?
- Apakah SOP lebih penting daripada menyelamatkan nyawa dalam situasi darurat?
Sementara publik menantikan langkah tegas pemerintah dan dinas kesehatan, suara keluarga dan lurah menjadi pengingat keras bahwa tragedi ini terjadi bukan karena takdir semata, tetapi karena kelalaian manusia.





