El Ghava Mubarraq
GORONTALO SERU – KDRT yang melibatkan influencer Gorontalo, @ayhuismail, makin panas! Setelah curhatan Ayu soal dugaan penganiayaan dan ancaman pisau oleh suaminya, @pudin.junus, viral.
Kali ini pihak keluarga terduga pelaku akhirnya buka suara. Klarifikasi tersebut diunggah oleh kakak terduga pelaku, Aldy Junus, melalui akun Facebook pribadinya.
Dalam unggahannya, Aldy menjelaskan bahwa kejadian tersebut sebenarnya sudah terjadi beberapa bulan yang lalu. Ia mengisyaratkan adanya alasan berat di balik konflik rumah tangga adiknya @pudin.junus sehingga menyebabkan KDRT. Namun kata Aldy, keluarganya memilih untuk tidak mengungkap detailnya ke publik demi masa depan anak-anak sang adik.
BACA BERITA SEBELUMNYA: Influencer Gorontalo Jadi Korban KDRT: Suami Intimidasi Korban Pakai Pisau!
“Kenapa hal itu terjadi, karena ada kasus… yang menurut agama tidak bisa ditolerir dan dilakukan berulang kali,” tulis Aldy, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Ia juga menambahkan, keluarganya sebenarnya memiliki bukti terhadap pelanggaran yang diduga pemicu kekerasan, tetapi tidak ingin mempublikasikannya agar tidak meninggalkan jejak digital yang bisa berdampak buruk pada keponakannya.
“Biar bagaimanapun dia (korban KDRT) masih ibu dari anak-anak,” tambahnya.
Aldy mengungkapkan bahwa pasangan ini sedang dalam proses perceraian. Ia juga meminta doa kepada publik agar keluarganya dapat menghadapi persoalan ini dengan baik.
“Kami memohon maaf jika sudah membuat keributan di publik. Doakan kami keluarga bisa menghadapi hal ini. Bismillah,” tutupnya.
BACA JUGA: Pembayaran Ditolak Karena Diduga Palsu, Padahal Uang Baru Ditarik dari ATM
Klarifikasi ini justru memunculkan lebih banyak tanda tanya di kalangan masyarakat. Dalam unggahan tersebut, Aldy Junus memang tidak menyebutkan bukti ataupun detail yang jelas mengenai penyebab KDRT yang dialami oleh @ayhuismail. Namun, sejumlah spekulasi mulai beredar di media sosial. Tidak sedikit warganet yang menduga bahwa konflik ini dipicu oleh dugaan perselingkuhan yang dilakukan oleh korban.
Meskipun demikian, tindakan kekerasan dalam rumah tangga, apalagi yang melibatkan ancaman dan intimidasi dengan senjata tajam, tetap tidak dapat dibenarkan atas alasan apa pun. Kekerasan, baik fisik maupun psikologis, bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan rumah tangga.
Masyarakat pun berharap agar kasus ini dapat segera ditangani secara adil oleh pihak berwenang. Baik korban maupun terduga pelaku seharusnya mendapatkan ruang untuk memberikan keterangan yang lengkap dan didukung dengan bukti yang valid. Dengan begitu, kebenaran bisa terungkap, dan tidak ada pihak yang dirugikan oleh opini publik yang berkembang tanpa dasar yang jelas.
