Fakta? Minim Literasi Informasi Jadi Salah Satu Sumber Perpecahan

Zen Seru! Sekda Provinsi Gorontalo, Drs. Sofian Ibrahim, M.Si, menghadiri Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Informasi hari kedua, yang digelar di Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo (18/06/25).

Dalam sambutannya, Sofian ngasih insight keren tapi agak nyentil soal gimana literasi di Indonesia masih butuh banyak perhatian.

Dalam sambutannya itu, Sekda Provinsi Gorontalo membukanya dengan dorongan motivasi kepada para peserta dan tamu yang hadir untuk lebih melek literasi di tengah tsunami informasi saat ini.

“Dalam satu menit, ada 10 juta pesan yang tersebar lewat SMS dan WhatsApp. Kebayang nggak, kalau sehari?” ujarnya, membuka percakapan dengan peserta.

“Dalam satu menit, ada 4,1 juta orang nonton video di YouTube. Itu baru beberapa platform! Bayangkan berapa banyak sumber informasi yang kita baca, lihat atau dengar setiap harinya,” lanjutnya.

Pesan utama Sofian jelas: di era digital ini, informasi bertebaran super cepat, dan kita harus punya tameng literasi supaya nggak gampang termakan hoaks atau info menyesatkan.

Sofian juga menyinggung soal kondisi literasi di Indonesia. Meski angka buta huruf udah tinggal satu persen, bukan berarti masyarakat udah paham literasi.

“Jangan salah, literasi itu bukan cuma bisa baca dan nulis. Tapi mengerti, bisa membedakan mana info valid, mana yang hoaks dari berfikir kritis,” tegasnya.

Kebiasaan malas membaca ini, kata Sofian, berdampak serius pada munculnya konflik antar masyarakat dan kelompok.

Peredaran video dan berita yang belum tentu terverifikasi kebenarannya berseliweran di berbagai platform, membuat warga Indonesia tak terkecuali di Gorontalo, mudah di provokasi.

“Kebiasaan kita membaca penggalan judul tanpa membaca atau menyimak secara keseluruhan sebuah informasi, serta malas berfikir kritis, juga menjadi salah satu sumber masalah dan perpecahan,” jelas Sofian.

Maka dari itu, Bimtek ini diharapkan, kata Sofian, harus jadi trigger biar masyarakat, terutama pustakawan, guru, dan pegiat literasi bisa lebih jago memilah dan memanfaatkan informasi dengan bijak.

“Karena kalau tidak, kita bakal terus dengan mudah dipecah belah dan di provokasi,” pungkas Sofian.

“Selain itu, kita juga akan terus ketinggalan dengan negara lain yang udah lebih dulu sadar pentingnya literasi,” tambahnya.

Acara Bimtek Literasi Informasi ini bagi Sofian bukan cuma seremoni biasa. Ini jadi semacam wake-up call buat semua elemen masyarakat Gorontalo buat naikin literasi supaya kita nggak cuma jadi penonton di tengah dunia yang makin canggih.

Share this news

Related Posts

Baznas Salurkan Rp. 242 juta Lebih Untuk Para Fuqara dan Masakin

Wujud Nyata Kolaborasi Pemerintah dan Umat dalam Menyejahterakan Warga Zen Seru! Dipusatkan di Aula Banthayo Lo Yiladia, Rabu (02/07), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Gorontalo menggelar acara pendistribusian dana…

Share this news

Desa Bongohulawa Pertahankan Tradisi “Mohuyula” di Tengah Arus Individualisme Modern

Zen Seru! Di tengah laju modernisasi dan gaya hidup serba cepat yang menjalar di kota-kota besar Indonesia, masyarakat Desa Bongohulawa, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, masih memegang teguh nilai-nilai…

Share this news

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *