‎Lawan Bullying! Dinas PPA Gorontalo Ajak Siswa Jadi ‘Agent of Change’ Anti Kekerasan!

Zen Seru! Kasus bullying makin ramai dibicarakan, khususnya dilingkungan sekolah.

Bullying bukan sekadar “canda berlebihan” atau “bumbu pertemanan.” Nyatanya, efeknya bisa dalam banget, bahkan bikin korban trauma seumur hidup atau fatalnya mengakibatkan meninggal dunia.

Makanya nggak heran kalo Dinas PPA Gorontalo lagi gencar banget ngajak anak muda buat paham bahaya kekerasan verbal dan fisik, termasuk bullying.

Lewat sosialisasi bertajuk: Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Kekerasan TPPO, ABH, dan Perkawinan Anak di MAN Insan Cendekia Gorontalo (08/10), mereka menanamkan satu pesan penting: stop diam, mulai peduli.

Psikolog sekaligus Tim Ahli PPA Provinsi Gorontalo, Temmy Andreas Habibie, yang hadir sebagai narasumber, ngasih pandangan menarik soal akar masalah bullying di sekolah.

‎“Nggak sedikit anak yang awalnya korban, lalu tanpa sadar berubah jadi pelaku. Ini karena mereka meniru perilaku yang salah dan nggak sempat dipulihkan,” jelas Temmy.

Menurutnya, kekerasan yang dibiarkan tanpa penanganan cuma akan menciptakan lingkaran setan baru. Karena itu, Dinas PPA nggak cuma berhenti di sosialisasi, tapi juga bikin langkah konkret.

Salah satu upaya yang dilakukan PPA adalah pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah-sekolah. Tim ini punya peran penting buat ngadepin langsung kasus bullying di lingkungan pendidikan.

“Kami edukasi soal alur pelaporan, penanganan, sampai kerja sama lintas sektor. Mulai dari puskesmas, polisi, sampai babinsa, semua dilibatkan biar anak dan guru tahu kalau bullying itu serius dan ada konsekuensi hukumnya,” tambah Temmy.

Kolaborasi ini ternyata disambut positif oleh sekolah-sekolah. Guru BK dan tim TPPK di beberapa sekolah sudah makin aktif lapor dan koordinasi kalau ada kasus kekerasan.

“Sekarang koordinasi jauh lebih cepat. Kalau ada laporan, langsung kami tindak lanjuti,” tegasnya.

Meskipun perjuangan masih panjang, Dinas PPA Gorontalo tetap optimistis. Mereka percaya, perubahan besar bisa dimulai dari satu langkah kecil: membentuk kesadaran di kalangan pelajar.

Harapannya, sekolah bukan lagi tempat di mana anak-anak merasa takut atau tertekan, tapi jadi ruang aman buat tumbuh, belajar, dan berani jadi diri sendiri. Karena di era sekarang, jadi keren itu bukan dengan menindas, tapi berani melawan kekerasan!

Share this news

Related Posts

‎Usia SMA Jadi Paling Rentan Kekerasan Seksual, dr. Yana: Stop Normalisasi Candaan Kasar!

Zen Seru! Data terbaru Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) menunjukkan, korban kekerasan terhadap perempuan dan anak terbanyak datang dari jenjang SMA, usia yang katanya lagi seru-serunya eksplor jati…

Share this news

Dinas PPA Gorontalo Bekali Siswa MAN Insan Cendekia Ilmu Cegah Kekerasan

Zen Seru! Kekerasan terhadap perempuan dan anak ternyata nggak cuma jadi urusan orang dewasa, tapi juga PR bareng buat generasi muda. Karena itu, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA)…

Share this news

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *