
Zen Seru! Dunia maya lagi dibikin panas sama ulah Mano Braco, waria yang viral gara-gara diduga ngelecehin simbol agama Islam.
Bukannya minta maaf atau introspeksi, temennya yang juga waria, Kikan, malah diduga ikut-ikutan menghina masyarakat Gorontalo, yang bikin netizen makin emosi!
Pasalnya, merespon amukan dan kritikan warga Gorontalo atas tingkah nyeleneh temannya, di salah satu postingannya, Waria Kikan bilang:
“Kenapa kita selalu bekerja keras banting tulang, yaa, buat beli mulut-mulut para netizen.”
—Memang gila! Bukannya mendinginkan suasana, malah nambah bensin ke api! 😡
Baca juga:
- Seorang Waria Diduga Lecehkan Simbol Islam, DPRD Gorontalo Ambil Sikap Tegas!
- Ultimatum Walikota Adhan Dambea: ASN Hobi Mabuk, Get Out!
- Kritikannya Terhadap Gubernur Disebut Fitnah, Adhan Dambea Menyala (Lagi)
Komentar dari Kikan yang over pede itu langsung bikin publik makin geram. Banyak yang ngerasa, sikap mereka ini udah kelewat batas.
—Dulu dianggap lucu, sekarang mulai nunjukin sifat aslinya: meremehkan agama dan masyarakat Gorontalo. 🤯
Dan yang bikin miris, ini semua nggak lepas dari kebiasaan masyarakat juga, yang dulu suka nganggep mereka lucu-lucuan doang. Sekarang udah nginjek hal sensitif, baru sadar kalau ini bukan sekadar hiburan.
Ingat ya, medsos itu tempat bebas berekspresi, tapi ada batasannya! Apalagi kalau udah nyenggol nilai-nilai kepercayaan orang lain.
—Bercanda boleh, tapi jangan sampe menginjak-injak keyakinan orang lain, boss! 😤😡
Padahal Gorontalo sendiri punya falsafah yang kuat: “Adati hulo-hulo’o to syareati, syareati hulo-hulo’o to Qur’ani.” Adat/adab berdasar Syariat, Syariat berdasarkan Al-Qur’an.
Artinya, Gorontalo bisa saja menolak kehadiran waria-waria yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai falsafah, bahkan bisa saja menghukum mereka berdasarkan adat yang bersendikan syariat Islam.
—Mirip Aceh, lah! Diusir atau dikucilkan dari lingkungan masyarakat.
Tapi itulah indahnya Gorontalo, Bro! Sebagai daerah yang mayoritas muslim, masyarakat Gorontalo juga masih toleran dan terbuka dengan komunitas waria.
—kalian udah diterima sebagai entitas di masyarakat, tapi nggak tahu diri dan terima kasih! 😤😡🔥
Pertanyaannya sekarang, sampai kapan kita mau diem aja? Masih mau bilang ini “lucu-lucuan”? Atau udah waktunya kasih batas dan bilang: cukup!